Rabu, 22 April 2009

Travellous


travelours115

Penerbit : Travellous Publishing

Judul Buku : Travellous

Penulis : Andrie Budiman

ISBN : 978-979-19467-0-4

Hal : 213+ xvi

Ukuran : 14 x21

Tahun Terbit : Maret 2009

Harga: 50.000,-

Distributor Tunggal:

CV. Diandra Primamitra Media

“Catatan perjalanan seorang backpacker muda keliling dunia”

Malam berganti malam, dan hari berganti minggu. Saya selalu harap-harap cemas menanti datangnya sebuah kabar yang datang dari teman di pulau seberang. Entah kenapa, saya merasa begitu excited saat mendengar kabar ini terpampang di blognya. Dan saya bagaikan seorang anak yang di janjikan sebuah mainan, mengisi hari dengan penantian yang akhirnya kini terbayar sudah.

Suatu sore, dikala saya sedang terdiam menatap indahnya semburat mentari sore dari beranda rumah saya. tiba-tiba sebuah sms membuyarkan lamunan saya. Dan akhirnya, datang juga kabar itu.

“Dhi, info lengkapnya tentang bukuku sudah aku kirim ke emailmu, cek ya!!”

andrei.

Oalah, betapa girang hati saya membacanya. Sebuah buku yang sudah lama saya tunggu kemunculannya. Sebuah buku yang diangkat dari sebuah blog yang dulu selalu saya kunjungi setiap hari, hanya untuk mengecek apakah ada tulisan baru di blog itu. Sebuah buku yang berisi tulisan-tulisan yang dahulu pernah memberikan inspirasi bagi hidup saya bahkan hingga sekarang. Dan selalu mampu membuat saya tertawa tergelak-gelak bahkan menitikan air mata haru di setiap ceritanya.

————–

Andrei budiman, anak pertama dari tiga bersaudara yang sehari-harinya bekerja sebagai kritikus film Montase dan menghabiskan waktunya menonton banyak film ini. Lahir pada 26 November di ibukota selatan kalimantan. Dikenal sebagai seorang Backpacker dan penulis sejak jaman ia masih berseragam putih abu-abu dulu. (ini katanya lho ya!!hihi, berdasarkan yang saya baca di bagian belakang bukunya.)

Perkenalan saya dengan Andrei dimulai ketika saya memulai aktivitas blogger saya untuk mengenalkan blog kitatentangsemua.com ini kepada blogger lain (baca:blogwalking). Entah dari blog mana saya mendapatkan link ke blog andrei, saya lupa, yang pasti saat itu saya telah terlarut membaca kisah petualangannya bersama seorang gadis bernama Julls dalam cerita “Continue to the north”.

Dengan gaya menulisnya yang benar-benar menarik, seakan-akan membuat saya juga ikut larut dalam semua cerita yang ia tuliskan. Saya benar-benar tidak menyangka kalau beberapa hari berikutnya saya menghabiskan waktu-waktu saya dengan membaca kisah perjalanannya dari awal sampai akhir.

————-

Hemm, jadi begitu mendengar blog ini akan di bukukan, saya segera menghubungi andrei via email, untuk segera memesan sebuah bukunya. Ada banyak kisah yang membuat saya penasaran akan kelanjutan ceritanya, ada banyak juga cerita yang hilang yang tidak sempat di tulis andrei pada blognya. Dan kisah terakhir yang dipostingnya membuat saya bertanya-tanya dan tanya-tanya, apa kelanjutan ceritanya.

Dan pada akhirnya, sampai juga buku ini di tangan saya. Buku yang penuh makna dan inspirasi. Buku yang terdiri dari jurnal-jurnal nyata dari sebuah perjalanan seorang anak manusia menaklukan benua eropa. Dimana didalamnya terdapat berbagai petuah, berbagai macam budaya, Kisah sedih seorang backpacker dan romansa kehidupan cinta seorang anak Banjar yang sangat menyentuh hati saya.

Buku ini pula yang telah memberikan inspirasi bagi saya, juga semangat hidup yang dahulu sempat memudar. Seakan-akan buku ini mampu membuat saya bermimpi mengenai masa depan saya yang lebih cerah.

Dan dari dalam hati saya yang paling dalam, buku ini merupakan salah satu keajaiban bagi kehidupan saya. Yang sangat berharga dan bermakna.

————

Dan akhir kata, untuk anda yang belum membaca buku ini, saya sertakan sebuah penggalan kisah yang membuat saya benar-benar terharu dan menjadi inspirasi saya dalam menjalani kehidupan ini :

Merindu di kota yang dingin

Malam harinya selepas makan malam, kami bercakap di beranda hostel, langit di Lucerne benar2 indah kala malam, bintang2 nya jelas terlihat. Julls mampu menebak berbagai rasi yang terukir di langit gelap. Dan ketika obrolan kami sampai pada rindunya pada sebuah rumah, tiba2 saja saya teringat sama Ibu saya di rumah, sedang apa beliau sekarang?
Dalam malam yang berbalut kerinduan, Julls merebahkan kepalanya di pundak saya seraya menekuk ke dua kakinya.
“Rei…kalo nanti kita berpisah dan pulang ke negara masing2, apa kamu akan rindu sama saya?”
“Yaa, saya pasti merindukan mu. Hmmm…gak kebayang hubungan apa yang sudah kita bina ini ya? Beruntung dalam sebagian umur ini kita ketemu ya?, coba bayangin kamu dari London dan saya dari Banjarmasin, ini bukan sebuah kebetulan kalo saya bilang”
“Karena itu Rei, saya ikut kamu traveling seperti ini, supaya nanti klo pulang, kamu masih ingat saya”
Saya terdiam… kalo udah bicara masa depan gini, perasaan jadi kelu mikirnya. Apalagi umur udah gak remaja lagi. FYI saya dan Julls beda umurnya cuma setahun, dia lebih muda daripada saya.
“Nanti kamu kalo udah pulang mau kerja dimana?” tanya saya
“Yang jelas sekarang ini saya punya gallery seni yang saya buka bareng temen2, dan kedepannya mungkin saya mau meluaskan kemampuan saya di bidang Fine Art, cukup menjanjikan, apalagi saya sudah punya nama, kalo kamu Rei?”
“Kalo kerja di bidang seni di Indonesia, sepertinya masih belum menjanjikan Julls, ga tau nanti saya mau kerja dimana? Bisa jadi saya nanti pengangguran, seperti jutaan sarjana di negara saya, mungkin pas tua buka usaha kecil2 an di kampung sambil ingat2 masa2 remaja dulu, dan ingat kamu yang mungkin kelak jadi seniman terkenal atau mikirin kamu nanti udah punya anak berapa, Hehehe”
“iiihh apaan sih, pesimis amat?”
“Nggak! Kata siapa? Aku cuma sembari memaparkan realita saja kok”
“Ayolaah Rei, kerja di luar negeri saja kalo begitu ketempat yang menghargai kemampuan mu”
“Kamu enak Julls, saya ini lahir dan besar di kampung dimana unsur kekerabatan dan kekeluargaan sangat erat sekali, kamu tau gak kalo….” saya sempet tersendat, tanpa terasa mata saya panas, ada air mata yang mulai menepi.
“Kamu tau gak Julls, saya gak kuat baca Imel dari Ibu saya yang bilang kalo beliau kangen sekali sama saya…”
“Jadi saya gak bisa bayangin kalo kelak saya akan hidup di negara orang dan ngebiarin Ibu saya sendiri dalam masa tua nya di kampung… lebih baik saya kelak hidup sederhana dari pada harus ngebiarin Ibu saya kesepian dalam masa tuanya”
Kalimat terakhir itu bikin saya nangis (bahkan pas ngetik tulisan untuk blog ini saja hidung saya langsung mampet, menahan air mata yang gak bisa berhenti mengalir)
Julls merangkul saya, saya gak mau liat Julls dengan mata basah, demi Tuhan saya merindukan Ibu saya.
(Ibu…saya kangen, semoga Ibu sehat disana….)
Saya menangis dalam diam, Julls menggenggam tangan saya…
“Rei saya gak peduli gimana masa depan kamu, dan seberapa jauh kelak kita terpisah, saya janji kelak suatu saat nanti saya akan mengetuk pintu rumah mu nun jauh disana, saya akan kesana entah sejauh mana kamu nantinya Rei..”
Saya cuma terdiam, saya gak tau musti ngomong apa lagi, hati ini sudah berkecamuk dalam perasaan yang tidak menentu, sampai ketika saya berani membalas genggaman tangannya, barulah saya menatapnya
…….
“Datang lah Julls, Ibu saya pasti akan senang menemui mu”
Julls mengangguk cepat Dallam senyuman nya yang basah oleh air matanya, entah ia ikut menangis karena apa? Mungkin menangis membayangkan masa depan saya yang masih tidak menentu.

by andrei travellous (travellous@gmail.com // http://www.travello.us/ )

Tidak ada komentar: