Penerbit : E-Nusantara
Judul Buku : 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia
Penulis : Badaitul Razikin
Badaitul Muchlisin Asti
Juanidi Abdul Munif
ISBN : 978-979-15836-11-9
Cetak : 2009
Hal : 155 x 240 mm, xvi + 369
Herger : 40.000,-
Distributor : CV. Diandra Primamitra Media – 0274-871159
Sejarah adalah cermin. Dengan membaca sejarah di masa lampau, ada hikmah yang dapat dijadikan pegangan. Pegangan dalam menata diri sebagai pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam menghadapai realitas sosial yang kian kompleks dan rumit.
Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas muslim. Realitas ini terjadi tidak dalam waktu seketika dan penyeberangannya pun tidak dalam jangk waktu yang pendek. Ada rentetan waktu, melampui generasi ke generasi untuk terus berjuang. Walaupun harus memeras pikiran, menguras peluh, bahkan dengan retesan darah. Demi mengibarkan satu tonggak, yakni Islam.
Rentangan waktu tersebut melahirkan tonggak-tonggak penggerak siar Islam. Dan tiap daerah pun memunculkan tokoh-tokoh utama yang terus berjuang, bahkan mendedikasikan segenap hidupnya demi kebangkitan Islam dengan hati yang tulus tanpa pamrih. Meskipun harus menerima tantangan yang tidak ringan. Bahkan bisa jadi nyawa menjadi taruhannya.
Islam yang mereka siarkan bukanlah Islam yang seragam. Hampir setiap daerah memiliki corak dan warna tersendiri. Ada ramuan-ramuan yang menonjolkan satu sisi tertentu daripada yang lainnya.
Nyaris setiap tokoh besar dengan latar belakang yang berbeda memunculkan pemikiran kesilaman yang berbeda pula. Hal semacam ini menjadi sebuah kewajaran yang tak perlu di peruncing, apalagi dijadikan bahan memicu rusaknya persatuan umat Islam.
Tak sia dipungkiri, kultur dimana sang tokoh dilahirkan dan dibesarkan, pendidika yang telah diserap. Lingkungan yang teal mempengaruhi dan mematangkan pemikirannya, serta perkembangan mental sang tokoh akan sangat terpengaruh pada pola pikir dan corka gerakan dalam memperjuangkan kebenaran yang diyakini. Perlu dipahami, bahwa setiap tokoh bersikukuh memperjuangkan kebenaran yang diyakini, akan tetapi sejarah mencatat, bahwa kebenaran yang telah diyakini dan sebuah gerakan yang dilakukan seorang tokoh ternyata memunculkan gesekan dari kebenaran dan gerakan dari tokoh yang lain, meski mereka sama-sama berlandaskan Al-Qur’an dan Hasit. Interpretasi yang berbeda terhadap Al-Qur’an dan Hadist, kerangka berfikir yang sulit dipertemukan dalam memahami ajaran Islam dan bahkan seringkali kepentingan pribadi atau golongan yang akan diatas namakan berjuang untuk agama adalah termasuk beberapa faktor pemicu perpecahan ukhuwah Islamiyah.
Semestinya, kita sebagai umat Islam selayaknya menyaring dan lebih bijak dalam mencermati perbedaan. Sebab, Islam adalah agama penyebar rahmat bagi seluruh alam semesta. Alangkah baiknya, jika perbedaab tersebut dijadikan hasanah atas melimpahnya pemikiran-pemikiran dan paham-paham yang menjadikan Islam semakin semarak dan bisa menjawab tantangan zaman dakan berbagai bidang.
Meskipun begitu, sejarah juga memperlihatkan kedamaian, keselarasan, keharmonisan yang dapat diciptakan di atas perbedaan. Pendapat boleh berbeda, tapi persaudaraan tetap berjalan.
Hal ini menjadi penting,melihat perkembangan kehidupan keberagaman deawsa ini, pergulatan, perdebatan, dan perbedaan yang secara tergesa-gesa mengklaim bahwa hanya pihaknya yang benar dan pihak yang lain adalah salah bahkan dianggap sesat hanya melahirkan fitnah bukan rahmat. Garis-garis perbedaan hanya makin meminggirkan umat, membuat mereka makin terbelenggu dengan pandangan mereka sendiri.
Dan masih sampai sekarang, ternyata penghakiman tanpa jalur hukum pada sebuah golongan atau paham tertentu di berbgai daerah, dimana kekersan masih menjadi priorotas dalam penyelesaian perbedaan. Dengan atas nama Tuhan, pejarahan, penghancuran , penaklukan, dianggap enjadi sesuatu yang mulia, Jihad.
Alangkah indahnya jika sebuah perbedaan dijadikan bahan diskusi untuk pencerdasan umat, apalagi dizaman modern seperti ini; teknologi semakin canggih, berbagai media siap menjadi perantara atas pemaparan berbagai pemikiran orang-orang yang berkompeten dalam berbagai bidang kelimuan dan forum. Sehingga tidak menjadi suatu yang mustahil, bila berbagai perangkat tersebut semaksimal mungkin dijadikan sarana untuk pencerdasan umta Islam; menata pemikiran pemahaman terhadap nilai-nilai keislaman dan penggerak ukhuwah Ilewat Islamiyah
Lewat buku ini, kami mencoba “merawat cermin”. Merekam tokoh-tokoh penyiar Islam yang bertebaran di Nusantara. Mencatat perjalanan hidup keseluruhan gerak, dan strategi dakwah mereka. Tokoh-tokoh yang akan dimungculkan sebagai berikut:
- Abdullah Ahmad
- KH. Abdullah Gymastiar
- Abdullah Said
- KH. Abdul Karim
- Abdul Karim Amrullah
- Prof. Dr. H. Abdullah Mukti Ali
- KH. Abdul Wahab Hasbullah
- KH. Abdul Wahid Hasyim
- KH. Abdurahman Wahid
- Abu Bakar Atjeh
- Abu Bakr Ba’ayir
- KH. Achmad Sidiq
- Syekh Achmad Soorrkatty
- Adiwarman A. Karim
- KH. Agus Maksum Jauhari
- H. Agus Salim
- KH. Ahmad Azhar Basyir
- Prof. Ahmad Baiquni
- KH. Ahmad Dahlan
- Ahmad Hasan
- KH. A. Mustafa Bisri
- Ahmad Khatib Al-Minangkabawi
- KH. Ahmad Syaikhu
- Prof. Ahmad Syafi’i Maarif
- H. Ahmad Tohari
- Ali Akbar
- Prof. Dr. Ali Hasjmi
- KH. Ali Maksum
- Prof. KH Alie Yafie
- Ary Ginanjar Agustian
- KH. As’ad Syamsul Arifin
- KH. Bahauddin Mudhary
- KH. Bisri Musthafa
- Craig Abdurrahim Owensby
- Deddy Mizwar
- KH. Didin Hafiuddin
- Emha Ainun Najib (Cak Nun)
- Kh, Endang Abdurrahman
- KH. Engkin Zaenal Muttaqien
- Habbib Rizieq Shihab
- Harun Nasution
- KH. Hasan Basri
- H. Hasan Mustafa
- KH. Idham Chalid
- KH. Imam Zarkasyi
- Jefri Al-Buchori
- Kasman Singodimedjo
- KH. Khamim Djazuli (Gus Miek)
- Ki Bagus Hadikusomo
- Prof. Dr. Kuntowijoyo
- Habbib Idrus Bin Salim Al-Djuffri
- Haddad Alwi
- Prof.Dr. Hamka
- Helvi Tiana Rosa
- Hidayat Nur Wahid
- Ja’far Umar Thalib
- Soetomo
- Syeikh Ibarahim Musa Parabek
- DRA. Hj. Luthfiyah Sungkar
- Mahmudi Yunus
- KH. Mas Mansur
- KH. Masykur
- Muhammad Natsir
- KH. Muhammad Achmad Sahal Mahfud
- Prof. Dr. M. Amien Rais
- Ustad Muhammad Arifin Ilham
- KH. Muhammad Dahlan
- Teuku Muhaam Hasbi Ash-Shiddieqy
- KH. Muhammad Hasyim Asyari
- Dr. Muhammad ‘Imaduddin ‘Abdulrahim, M.Sc
- KH. M. Isa Anshari
- Ir. Muhammad Ismail Yusanto
- Syeikh Muhammad Jamil Jambek
- KH. Muhammad Khalil Al-Maduri
- Prof.Dr. M. Quarish Shihab, M.A
- Prof. H.M. Rasjidi
- H. Muhammad Sudjak
- Muhammad Syuhudi Ismail
- Syeikh Muhammad Thaib Umar
- KH. Munawwar Chalil
- KH. Munawir Sjadzali
- KH. Noer Ali
- Prof. Dr. Nurcholish Madjid
- Haji Oemar Sadi Tjokroaminoto
- Rahamn El-Yunusiyyah
- H.R. Rasuna Said
- KH. Rusyad Nurdin
- Sa’ad Doeddin Djambek
- Shaibul Wafa Tajul Arifin
- Siti Walidah
- KH. Soleh Darat
- Syeikh Sulaiman Ar-Rasuli
- Syafruddin Prawiranegara
- Taufq Ismail
- KH. Tuaraihan
- Hj. Tutty Alawiyah AS
- KH. Toto Tasmara
- Ustad Yusuf Mansur
- KH. Zaenal Mustofa
- KH. Zainuddin MZ
- KH. Zainul Arifin
Dan lewat buku ini, kita semua dapat belajar. Perbedaan adalah keniscayaan. Melalui perbedaan, hidup makin berwarna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar